Daeng Dan Jamroon

Senin, 14 Maret 2011

Pada zaman dahulu, hiduplah dua saudara yang bernama Daeng dan Jamroon. Mereka tinggal di desa, dekat kota Bangkok. Keduanya berasal dari perguruan yang sama.Setelah lulus, mereka memutuskan pergi ke Bangkok untuk mencari nafkah. Untuk mencapai kota Bangkok, mereka harus melewati hutan lebat yang penuh binatang buas.
Di perjalanan, Daeng melihat jejak kaki seekor gajah. “Ini jejak kaki gajah jantan. Mata kirinya pasti buta!”kata Daeng yakin. “Bagaimana kamu tahu?” tanya Jamroon.
“Setahuku, gajah itu berjalan dari arah selatan menuju utara, “lanjutnya tak yakin. Daeng tak mau menganggapi ucapan saudaranya. Dia yakin, mata kiri gajah itu buta. Agar Jamroon tidak kecewa, dia diam saja.

Setelah beberapa saat, mereka melihat seekor gajah yang sedang makan pisang. Ketika melihat kedatangan mereka, binatang tersebut mengangkat belalainya. Lalu bersuara keras,hingga suasana hutan riuh. Kemudian gajah lari masuk hutan.

Namun,sebelum gajah itu lari. Jamroon sempat melihat mata kiri gajah itu yang buta.
Dalam hati, Jamroon berpikir bagaimana Daeng bisa lebih pintar daripada aku?Padahal, kami berasal dari sekolah yang sama. Kami juga lulus pada saat yang sama pula! Jamroon menyimpan rasa ingin tahunya di dalam hati.

Setelah kurang lebih dua tahun bekerja di Bangkok, Daeng dan Jamroon pulang ke kampung halaman untuk berlibur. Di desa, mereka langsung mengunjungi gurunya yang sudah tua.

Sang guru diberikan dua periuk minyak sayur yang dibawa dari Bangkok.
Sewaktu duduk dan ngobrol bersama, Jamroon memberi tahu gurunya perihal perihal seekor gajah buta yang mereka temui di perjalanan.

“Guru, bagaimana Daeng bisa tahu gajah itu jantan dan mata kirinya buta?”tanya Jamroon

Sang guru tidak langsung menjawab, tapi malah balik bertanya pada Jamroon.

“Jamroon, tidakkah kamu tahu, periuk minyak yang engkau berikan padaku isinya tinggal setengah?”

“Ya, Guru!” Aku kaget saat melihatnya. Padahal, periuk itu penuh ketika aku membawanya ke Bangkok,”sahut Jamroon.

“Mengapa periuk minyak yang dibawa Daeng untukku masih penuh? Itu karena Daeng membawa periuk yang lebih tebal, sehingga minyaknya tidak mudah tumpah karena bocor,” ujar guru mereka.
Lalu, sang guru berpaling pada Daeng.

“Bisakah kamu menjelaskan kepada Jamroon perihal gajah buta itu?”
“Aku melihat pepohonan di kedua sisi jalan setapak yang dilalui gajah itu tergores. Hanya gajah jantanlah yang memiliki gading. Pada jejak kaki gajah itu terlihat, sebelah kirinya lebih dalam daripada jejak kaki sebelah kanan. Itu karena mata kirinya buta,” jelas Daeng.

Sang guru tersenyum.

“Kamu tahu, ternyata yang kita pelajari di sekolah tidaklah cukup. Kita juga harus lebih banyak belajar pada pengalaman hidup. Terutama setelah kita tamat dari sekolah!”kata guru.

0 komentar:

Posting Komentar

Desinger by Blogger Template